Blog ini berisi kumpulan berita online apa adanya, tanpa pengeditan dan mencantumkan sumbernya yang jelas

Kamis, 14 April 2011

PKS & Lingga Yoni

Kolom Djoko Suud

 
                                                                 Djoko Suud Sukahar - detikNews

Jakarta - Lagi-lagi PKS. Partai ini seperti tak habis dirundung duka. Setelah boroknya dibuka mantan pendirinya, Yusuf Supendi, sekarang tertimpa musibah lagi. Wakilnya di DPR, Arifinto nonton video porno saat sidang paripurna. Adakah perbuatan asusila itu patut dibiarkan?

Ketika membaca berita wakil rakyat melihat film porno di sidang paripurna saya langsung mengumpat. Sudah sebegitu bejatnyakah wakil rakyat kita? Tidakkah itu sudah sangat keterlaluan. Dia wajib dipecat dan penting untuk dipidanakan.

Ketika identifikasi wakil itu bernama Arifinto dan ternyata dari Fraksi PKS, kepala ini rasanya langsung pening. Makian dan kata-kata bangsat terlontar tanpa sadar. Dada terasa sesak. Dan rasionalitas yang menyelip di antara emosi itu adalah 'ini jebakan', 'ini rekayasa', dan sangat kurang ajar yang melakukannya.

Tapi ketika Arifinto mengaku melakukannya, diikuti dengan berbagai bukti yang menguati pernyataan itu, maka setumpuk argumentasi rasanya sudah tidak berguna lagi. Itu semua adalah alasan. Apologia untuk membenarkan kesalahan.

Peristiwa ini tragis. Partai yang slogannya menyentuh batas langit itu ternyata realitasnya ancur-ancuran. Yusuf Supendi menguak tentang 'harta haram dan istri haram' para petingginya. Sekarang wakilnya melihat 'tontonan haram' di tempat yang 'diharamkan' melakukan sesuatu di luar konteks memperjuangkan amanat rakyat.

Tetapi kenapa saya ikut uring-uringan membaca berita itu? Kenapa saya yang tidak kenal dengan para petinggi PKS dan tidak punya sanak-kadang di partai ini kok jadi sangat emosional? Ternyata itu karena saya sependapat dengan Tifatul Sembiring. Mantan presiden PKS itu mengatakan, bahwa PKS itu dipandang banyak orang sebagai simbol moral.

Saya salah satu penganut pandangan itu. Bagi saya nyoblos PKS itu tidak sekadar untuk memilih wakil, tapi bagian dari ibadah. Celakanya saya pernah melakukan 'ibadah' itu. 'Ibadah' untuk orang-orang yang sekarang saya kutuk setengah mati.

Arifinto memang keterlaluan. Kalau yang dilakukan itu bukan saat sidang atau tidak di ruang sidang bisa ditolerir. Sebab tak sedikit orang yang melakukan itu, bahkan lebih dari itu. Saya pun tidak antipati dengan itu. Saya sering melakukan 'porno-porno'. Malah dua buku saya yang diterbitkan Penerbit Narasi Jogyakarta puluhan tahun lalu yang sampai sekarang rutin saya terima royaltinya adalah hasil penggelutan terhadap 'porno-porno' itu.

Dalam buku 'Tafsir Gatoloco' saya bicara tentang filosofi syahwat. Dan 'Sakralitas Vagina, Filsafat Lingga Yoni' saya ungkap tentang sangkan paraning dumadi (asal dan akhir hidup manusia). Namun karena kejorokan itu tidak ditampilkan secara jorok dan tidak didekati dengan pendekatan jorok, maka buku itu menjadi tidak jorok. Toh realitasnya pertemuan lingga (kemaluan laki-laki) dan yoni (kemaluan perempuan) tidak terbantah sebagai 'media' hadirnya manusia ke dunia.

Disayangkan, Arifinto menikmati kejorokan yang ditampilkan secara jorok itu tidak di tempat yang jorok, tetapi di ruang sidang dan saat sidang wakil rakyat. Ini yang membuat siapa saja bergidik mendengarnya. Apalagi dia berasal dari partai yang harusnya jauh dari persoalan-persoalan yang 'begituan'.

Pantasnya kader PKS itu menyingkir setelah ketahuan belangnya. Tapi kalau tetap kukuh, maka BK DPR berkewajiban untuk menyingkirkannya. Sebab perbuatan itu tidak pantas dilakukan wakil rakyat. Tidak perduli fitrah manusia itu pasti pernah salah.

*) Djoko Suud Sukahar adalah pemerhati budaya, tinggal di Jakarta.
(vit/vit)

Sumber: http://www.detiknews.com/read/2011/04/10/105953/1612733/103/pks-lingga-yoni

Tidak ada komentar:

Posting Komentar